“Ketebalan lumpur di desa Lapango jauh lebih tebal ketimbang di Laine. Dilapango ketebalan lumpur sampai 80 centi meter, meskipun wilayah jangkauan lumpurnya tidak separah dengan di Laine”
MANGANITU-Desa Laine di kecamatan Manganitu Selatan menjadi satu-satunya desa yang paling parah terdampak banjir lumpur yang terjadi diawal tahun 2021 di kabupaten Sangihe. Sedikitnya terdapat 60 lebih rumah penduduk teredam banjir lumpur setebal 60 centi meter dan 2 rumah pendudukan lainnya dinyatakan rusak parah. Untung saja dalam peristiwa ini tidak ada korban jiwa seperti yang dialami di tahun-tahun sebelumnya.
Pantauan Politika News di desa Laine menunjukan, penyebab utama banjir lumpur tersebut disebabkan oleh meluapnya air dari sungai Tempohe dan sungai Batuhampuge yang mengapit desa tersebut. Luapan air di kedua sungai tersebut lebih disebabkan oleh hujan deras yang menguyur kabupaten Sangihe semenjak 31 Desember 2020 lalu serta tumpukan tanah yang diakibatkan adanya galian jalan setapak. “Harus diakui memang desa Laine rentang terhadap masalah banjir. Dua hari saja hujan terus menerus, desa tersebut terancam tenggelam,” jelas Zeth Medellu, tokoh masyarakat setempat.
Medellu juga menuturkan, karena ketebalan lumpur hampir 60 centi meter serta untuk mengantisipasi adanya banjr susulan, maka untuk sementara waktu pemerintah desa mengevakuasi 60 kk bahkan lebih ke balai desa dan rumah-rumah penduduk lainnya yang bebas dari ancaman banjir lumpur. “Sejak kemarin sudah ada polisi maupun TNI yang siaga dilapangan, termasuk bantuan dari pemerintah sudah mulai berdatangan,” urai Medellu yang juga warga kecamatan Manganitu Selatan.
Lantas, bagaimana dengan kondisi desa-desa lainnya yang bersebelahan dengan desa Laine ? Fungsionaris partai Golkar kabupaten Sangihe ini mengatakan, banjir lumpur di awal tahun ini tidak hanya menghantam desa Laine, namun juga memporak-porandakan desa Lampango di kecamatan Manganitu Selatan. Bahkan di desa ini terdapat dua rumah penduduk nyaris rata dengan tanah yang umumnya adalah lumpur. “Ketebalan lumpur di desa Lapango jauh lebih tebal ketimbang di Laine. Dilapango ketebalan lumpur sampai 80 centi meter, meskipun wilayah jangkauan lumpurnya tidak separah dengan di Laine” beber Seth yang 3 hari berturut-turut ini terlibat langsung bersama masyarakat korban bencana.
Bahkan informasi yang diterima Medellu menyebutkan, akibat banjir lumpur di awal tahun ini, 1 orang dinyatakan tewas akibat terbawah arus sungai di desa Pintareng kecematan Tabukan Selatan. “Kita berharap pemerintah secepatnya turun tangan termasuk mencaro solusi agar tidak ada banjir susulan lagi,” harap Medellu saat menghubungi Politika News.(maxi)