BITUNG-Puluhan pengguna jasa KM Bawal, salah satu kapal feri bersubsidi milik perusahaan berplat merah PT. ASDP (Angkutan Sungai Dalam Provinsi) ikut mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah akibat ditangguhkannya pelayaran KM Bawal menuju pulau Kabaruan, kabupaten Talaud sejak 01 Februari 2021 lalu. Akibat pembatalan sepihak yang dilakukan PT. ASDP yang berkedudukan di Manado dan kota Bitung tersebut, ikut berdampak pada terhambatnya distribusi bahan sembako untuk masyarakat dan bahan bangunan untuk penyelesaian sejumlah proyek fisik milik pemerintah.
Frangki Palit, salah satu pengguna jasa KM. Bawal mengatakan, semestinya pihak PT. ASDP wajib menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada penggunasa jasa soal pembatalan sementara pelayaran KM. Bawal menuju ke Kabarauan. “Jika ada pemberitahuan lebih awal, kami tidak akan melakukan pemuatan barang ke atas truck. Tapi, kenapa setelah semua truck siap berangkat baru keluar pemberitahuan lisan dari PT. ASDP bahwa kapal akan naik dok selama 15 hari,” beber Palit, yang juga Ketua Rukun Sosial Garnas (Garipoho Ana U Sengkatau) Sulut.
Lanjut pria asal kabupaten Talaud ini, semestinya sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara), PT ASDP harus profesionalis dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, termasuk masyarakat yang ada berada di wilayah terluar seperti kabupaten Talaud. “Saya harus jujur mengatakan bahwa, selama ini kami dianak-tirikan oleh pemerintah dalam hal pelayanan publik, termasuk kebutuhan utama kami yaitu pelayaran laut. Kami bersyukur bahwa pemerintah ikut menghadirkan kapal feri bersubsidi, tapi apa artinya kami memiliki kapal feri bersubsidi sementara manajemennya tidak profesional,” ujar Palit.
Semestinya lanjut Palit, jika PT. ASDP bermaksud akan melakukan perbaikan terhadap KM. Bawal selama 15 hari kedepan, persero yang dipimpin Dirut Ira Puspadewi tersebut harus menyiapkan kapal feri pengganti, supaya distribusi sembako dan kebutuhan lainnya di pulau terluar tidak terhenti. “Syukur hanya 15 hari. Seandainya sebulan atau lebih, otomatis tidak makan dan minum masyarakat di sana (Kabaruan,maksudnya),” ujar Palit.
Untuk itu pihaknya meminta suaka anggota DPRD Sulut daerah pemilihan nusa utara, terhadap persoalan yang kami hadapi. “Kami merasa dianak-tirikan. Kami minta perhatian pak Andi (Andi Silangen, maksudnya), Bu Winsu (Winsulangi Salindeho, red) serta anggota DPRD Sulut dari Talaud Sherly Tjanggulung terhadap persoalan kami,” harap Palit mewakili rekan-rekan se profesinya. “Yang kami heran juga, kapal feri ke Maluku, Halmahera dan sekitarnya aman-aman saja, kenapa jalur ke Kabaruan justru bermasalah,” tutur Palit kepada politika news.(ms)