Korban Sebelumnya Sempat Memberitahu bahwa, ada yang akan Mati Gantung Diri di Kakaskasen III

Sofiany Polii bersama Alex, orang tua korban saat berada di lokasi pekuburan.(ist)

TOMOHON-Sofiani Polii (43) tidak akan pernah menyangka jika putra sulungnya Mohamad Al Fatih yang belakangan juga diketahui sebagai guru silat harus mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di pohon salam, tepat berada di belakang rumah kedua orang tuanya, Minggu (07/03), Mohamad Al Fatih selama ini dikenal sebagai sosok pemuda pendiam dan tidak pernah terbuka dengan orang lain termasuk dengan kedua orang tuanya.

Menurut wanita kelahiran Tomohon ini, persoalan saat dia meminjam motor dan tidak dikasih oleh kedua orang tuanya, bukan menjadi penyebab utama sehingga korban memilih nekad untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis seperti itu. Hal ini dibuktikan saat kedua orang tuanya mencoba untuk mengutak-atik handphone android milik korban beberapa saat usai korban dinyatakan tewas. Dalam stoy whats up (WA) ikut ditemukan korban sempat mengungkapkan kekecewaanya terhadap seseorang yang diduga adalah pacarnya. “Percuma kita sayang pa ngana, kalo ngana ndak sayang pa kita” demikian catatan story whats up milik korban pada Sabtu (06/03), sehari sebelum korban melakukan perbuatan nekadinya tersebut.

Ungkapan penyesalan korban terhadap seseorang yang masih misterius sampai saat ini juga muncul pada pukul 23.27 wita via story whats upnya.  “Minta maaf kalo kita ada salah pa teman-teman” demikian penggalan kalimat dalam history wa dan diikuti dengan kalimat penutup “Sudah saatnya otw surga ‘ tulis korban, seakan menunjukan rasa penyesalan yang dalam.

Menurut pengakuan Sofiany Polii ibu korban kepada politika news, dalam pengakuan teman-teman almarhum beberapa pekan lalu,  korban sempat memberitahukan kepada teman-temannya bahwa ada yang akan mati gantung diri di Kakaskasen III. “Mo ada yang mati bagantong diri di kakaskasen III,” kata Sofiany Polii, menirukan pernyataan yang disampaikan korban kepada teman-temannya.

Hanya saja lanjut Polii yang belakangan diketahui baru setahun menetap di Tomohon bersama suami dan 6 orang anaknya tersebut menilai apa yang disampaikan korban hanya lelucon semata. “Torang pikir kwa cuma sebatas bakusedu,” urai ibu paruh baya yang selama ini diketahui lama menetap di kota Ambon, Maluku.

Hal menarik lainnya adalah, sampai saat ini korban tidak pernah menceritakan kepadanya soal siapa pacarnya. “Jadi sampai dengan hari kematiannya, kami tidak tahu siapa sebenarnya pacar dia,” kata Polii.

Tragisnya, malam sebelum kematiannya, korban sempat meminta bantuan adiknya untuk mencarikan seutas tali untuk dirinya, tanpa menyebutkan alasannya. Hanya saja, sang adik malam itu belum menemukan seutas tali yang dimaksudkan. Entah bagaimana caranya, sang adik tiba-tiba terkejut karena korban sudah mendapatkan tali yang dimaksudkan. Mirisnya lagi, tali yang digunakan untuk mengantung diri tersebut diracik secara sempurna menjadi sebuah simpul kuat dan panjang, dan dilakukan tepat berada di depan sang adik.

Karena tidak menaruh curiga apapun, sang adik hanya termangu-mangu menatap kakaknya yang menjadikan tali tersebut menjadi sebuah simpul yang sempurna, tanpa pernah berfikir bahwa nyawa kakaknya akan digantung di tali tersebut. Alex (52), yang belakangan diketahui adalah ayah korban terlihat iklas melepas kepergian putra sulungnya tersebut, seraya menyampaikan bahwa dirinya tidak mengijinkan korban untuk dilakukan otopsi.(jemmy)