MANADO-Meskipun sempat mendapatkan tanggapan pro dan kontra terkait Orasi Kebangsaan yang disampaikan Pemilik Pondok Pesantren Ora Aji, Kalasan Gus Miftah dalam peresmian renovasi Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung, Penjaringan, Jakarta Utara pada 30 April 2021 lalu, namun, sejumlah tanggapan positif justru ikut disampaikan sejumlah Pendeta GMIM.
Dalam pandangan Wakil Ketua Bidang APP Sinode GMIM Pdt. Dr. Antonius Dan Sompe, M.Pd.K, ceramah kebangsaaan yang disampaikan Gus Miftah di GBI Amanat Agung Jakut adalah merupakan konteks cara berdemokrasi yang sesungguhnya yang semestinya menjadi contoh bagi semua pemeluk agama di Indonesia. Agama menurut mantan Sekretaris Departemen Ajaran Sinode GMIM ini semestinya tidak harus menjadi pagar pemisah bagi sesama pemeluknya untuk menjalankan demokrasi yang sesungguhnya. “Sesama pemeluk agama bukan hanya saling menghormati, tapi juga saling menopang. Orang yang mampu melakukan hal ini adalah, orang yang berjiwa nasioanalisme, karena mampu memberikan penghormatan terhadap sesama anak bangsa,” jelas kandidat Doktor Universitas Kristen Indonesia Jakarta ini.
Masih menurut Pendeta Daan, Gereja saat ini diajak untuk menyatu dalam kepelbagai perbedaaan, dan orang yang mampu melakukan hal tersebut, tidak banyak jumlahnya. Dalam konteks ini juga, Gereja diajarkan untuk berfikir luas bahwa agama lain jangan dianggap sebagai orang lain, tapi orang lain perlu dilihat sebagai saudara. “Sebagai warga Gereja, saya memberikan apresiasi terhadap Gus Miftah, tokoh nasional yang mampu berjiwa pancasilais,” kata Pendeta Sompe, yang bisa dipastikan akan bersaing ketat dengan Pdt Dr. Hein Arina (Ketua Sinode GMIM saat ini) dalam perebutan Ketua Sinode GMIM di SMS (Sidang Majelis Sinode) GMIM yang dijadwalkan akan dilaksanakan April 2022 mendatang.
Lanjut Pendeta Sompe, kehadiran tokoh nasional di dalam Gereja termasuk di GMIM bukanlan merupakan hal baru. Alasannya, mantan Presiden RI pertama Soekarno pernah menyampaikan pidato dari atas mimbar gereja di GMIM Sion Tomohon. “Hal yang sama juga pernah dilakukan mantan Presiden RI Megawati Soekarno Putri ketika menyampaikan pidato di GMIM Sion Tomohon beberapa waktu lalu, dan inilah Gereja dalam kesadaran inklusif hadir dengan berbagai dinamika pergumulan dan terbuka dengan semua orang, termasuk mereka yang berbeda keyakinan,” urai konseptor utama pembahasan perubahan tata gereja GMIM tahun 2016 serta sosialisasi buku keputusan TG tahun 2021 ini.
Senada dengan Pendeta Sompe, Ketua BKSAUA (Badan Kerja Sama Antar Umat Beragama) Kota Manado Pdt, Melki Tamaka, M.Th mengatakan, orasi kebangsaan yang dilakukan Gus Miftah perlu diberikan apresiasi dan penghormatan. “Tokoh nasional ini telah merobohkan tembok pemisah yang selama ini menjadi tantangan dalam membangun kemajemukan antar sesama pemeluk agama. Gereja pada prinsipnya terbuka dengan siapa saja, termasuk tokoh nasional yang ingin menyampaikan semangat kebangsaan,” jelas Pdt Tamaka yang juga Sekretaris Departemen Litbang dan Kearsipan Bidang Data Sinode GMIM ini.(ms)