MANADO-Ketua DPD Partai Nasdem Kabupaten Kepulauan Sitaro Sumitro Jacobus akhirnya ikut memberikan pernyataan tegas terkait polemik pemecatan dokter Fani Tamansang, salah satu dokter yang sebelumnya menitik karir sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara) di salah satu puskesmas di pulau Tagulandang. Menurut Jacobus, proses dan makenisme pemecatan yang dilakukukan pemkab Sitaro terhadap dokter Fani termasuk unik dan cacat hukum. “Setelah saya pelajari dengan baik, proses pemecetannya improsedural dan terkesan terlalu tendensius. Mana mungkin, proses pemecatan terhadap seorang ASN hanya dilakukan oleh seorang pejabat esolon III,” kata Sumitro.
Sesuai UU No 5 tahun 2017 tentang Aparatur Sipil Negara, semestinya, pemkab Sitaro lebih selektif dalam menjatuhkan sanksi terhadap PNS. “Kajian dari macam-macam aspek harus ada, bukan karena dendam politik atau masalah subjektif lainnya,” jelas Sumitro yang juga putra asli pulau Tagulandang. Sebagai DOB (Daerah Otonomi Baru) lanjut Sumitro, harus diakui bahwa, kabupaten Sitaro saat ini kekuarangan tenaga medis seperti dokter. “Umumnya dokter yang lulus seleksi ASN, baru 4 atau 5 tahun mengabdi di Sitaro langsung mengajukan pindah ke luar Sitaro. Akibatnya, tiap tahun Sitaro mengalami krisis tenaga dokter, padahal, data di Kementerian PAN & Reformasi birokrasi di Jakarta, kebutuhan tenaga dokter kita sudah cukup. Kondisi di Sitaro saat ini seperti ini,” jelas Mito, sapaan akrab Jacobus.
Untuk itu, dalam kapasitas sebagai Ketua DPD Partai Nasdem Kabupaten Sitaro pihaknya sudah menugaskan 2 kader terbaiknya di DPRD Sitaro untuk mengkritisi persoalan ini, karena jika tidak, maka akan ada dokter Fani susulan di kabupaten Sitaro. “Hari ini dokter Fani yang mengalaminya, besok atau lusa bisa saja masih ada korban susulan di Sitaro karena cuma perbedaan pandangan politik saat pilkada lalu atau jelang pilkada tahun 2024 mendatang,” ujar politisi yang kini menekuni usaha perikanan.
Dengan keterbatasan fasilitas dan tunjangan tenaga dokter di kabupaten Sitaro lanjut Mito, sebaiknya pemkab Sitaro bersyukur masih ada tenaga dokter asli putra-putri terbaik Sitaro, yang masih suka mengabdi di kampung halaman sendiri. “Di Sitaro itu kita butuh dokter yang merupakan putra-putri asli Sitaro. Biarkan mereka berkarir, supaya angka kematian di Sitaro akibat lambatnya penanganan kesehatan tidak akan terus terjadi setiap tahun,” ungkap pria kelahiran kampung Balehumara, Tagulandang Selatan ini.
Meskipun sudah ada klarifikasi yang disampaikan pihak pemkab Sitaro terkait proses pemecatan terhadap dokter Fani beberapa waktu lalu, namun, rasa penasaran warga Sitaro terhadap masalah tersebut masih saja menjadi trending topik di kabupaten penghasil komoditi pala terbesar kedua di Indonesia tersebut. Bahkan, dari postingan yang di ekspose masyarakat, terlihat dokter Fani ikut melakukan sejumlah kegiatan sosial di Tagulandang dalam bentuk pengobatan cuma-cuma kepada warga.(ms)