Pendeta Ruth : W/KI GMIM Butuh Calon Ketua yang Punya Kapasitas Diri

Pdt. Ruth Wangkai, M.Th.(ist)

MINAHASA-H-4 hari jelang pelaksanaan konsultasi pemilihan Kompelka W/KI Sinode GMIM, tidak hanya memunculkan sejumlah tokoh perempuan yang sebelumnya telah dinyatakan lolos dalam nominasi yang diumumkan BPMS GMIM pada 11 Maret 2022 lalu. Namun, sejumlah pelayan khusus (Pendeta, Penatua & Diaken) termasuk aktifis perempuan ikut merekomendasi sejumlah kriteria dan syarat untuk sosok yang tepat memimpin Kompelka W/Ki Sinode GMIM periode 2022-2027 mendatang.

Pengelola layanan Women & Children Crisis Center W/KI GMIM, Wale Upus Ni Mama “Adriana” Pdt Ruth Wangkai, M.Th dalam diskusi hari ini mengatakan, calon pemimpin Kompelka W/KI Sinode GMIM ke depan sedapat mungkin sosok yang mampu  menginisiasi program-program pemberdayaan dan penguatan kapasitas berbasis gender dan pemajuan hak-hak asasi perempuan demi terwujudnya kesetaraan dan keadilan substantif.

Lanjut Pdr Ruth, melihat fenomena pergumukan yang dihadapi  masyarakat dan bangsa, termasuk gereja saat ini, maka sudah tepat jika W/KI GMIM dipimpin oleh seorang atau mereka yang memiliki kemampuan dan integritas diri mengimplementasikan program-program pemberdayaan, termasuk terlibat dalam kerja-kerja advokasi dengan hadirnya Wale Upus Ni Mama. Mereka yang memiliki kualitas diri dibarengi dengan integritas pada panggilan pelayanan diyakini akan mampu berkontribusi bagi sebuah transformasi sosial yang lebih luas lagi. “Karena pelayanan tak fokus pada kegiatan-kegiatan seremonial saja melainkan juga pada aksi-aksi bersama dan berjejaring yang mengedepankan outcome bagi perubahan, tidak saja pada outputnya,” tutur Pdt. Ruth.

Aktivis yang dikenal vokal dan banyak memberikan advokasi (edukasi dan pendampingan) terhadap perempuan dan anak ini mengatakan, salah satu persoalan prinsip yang wajib menjadi perhatian pimpinan W/KI GMIM ke depan adalah, tingginya  kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia termasuk di SULUT. “Saya sangat miris dan prihatin melihat fenomena ini, apalagi kekerasan inses yang dilakukan oleh anggota keluarga sendiri. Saya tidak mau saudari-saudari kita menjadi korban kekerasan. Saya berharap para pemimpin W/KI Sinode GMIM ke depan memberi perhatian yang serius terhadap meningkatnya kekerasan berbasis gender ini, serta bergerak bersama bagi pembebasan dan transformasi,” jelas Pdt Ruth.(ms)