
MANADO-Rektor Unima Prof. Dr. Deitje A Katuuk menjadi salah satu dari sejumlah tokoh perempuan di Sulut yang dinilai memilki kuota perempuan jelang hajatan politik tahun 2024 mendatang. Munculnya nama Prof Deitje Katuuk ini setelah dalam penilaian komunitas perempuan di Sulut, Prof Katuuk termasuk salah satu New Commer yang elektabilitasnya melejit cukup siginifikant selang tahun 2021 maupun di semester pertama tahun 2022. “Test case rektor Unima di pemilih akar rumput di Sulut dinilai sukses. Ini dibuktikan saat Prof Katuuk sukses melakukan konsolidasi saat pemilihan Ketua Kompelka W/KI Sinode GMIM beberapa waktu lalu,” kata anggota Koalisi Perempuan Indonesia Dr. Fitri Mamonto.
Menurut Mamonto, selain merupakan tokoh perempuan Sulut, Prof Katuuk juga menyandang status sebagai tokoh pendidikan yang levelnya sudah scala nasional. “Pengakuannya sebagai tokoh pendidikan tidak hanya berlaku di Sulut, tapi juga berlaku secara nasional. Ini kelebihan yang paling menonjol yang dimiliki oleh rektor Unima,” cetus mantan Tim Seleksi Bawaslu Provinsi Sulut tahun 2018 ini.
Dalam penilain Mamonto, dari beberapa hajatan politik maupun pendidikan di Sulut, Prof Katuuk mampu menyampaikan progress yang taktis dan mampu menyentuh kebutuhan publik Sulut. “Contohnya, ketika rektor mampu menaikan status hukum Unima dari PTN Satker (Satuan Kerja) menjadi PTN BLU (Badan Layanan Usaha) hanya dalam beberapa bulan. Ini sebuah prestasi hebat bagi dunia pendidikan di Sulut. Saya menilai starting point ibu rektor sangat baik menuju momentum politik tahun 2024,” jelas Ketua Forum Alumni Keluarga Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (Fokal) Sulut.
Lanjut Mamonto, ketokohan Prof Katuuk di Sulut tidak berbeda jauh dengan tokoh perempuan lainnya di Sulut seperti Ir. Rita Tamuntuan maupun sejumlah kepala daerah di Sulut dari unsur perempuan lainnya. Hanya saja lanjut mantan Tim Seleksi Komisioner KPUD Bolmong ini, untuk mempertahankan elektabilitas perlu kerja keras serta konsolidasi berkelanjutan di akar rumput. “Semua tergantung keinginan politik rektor, karena dinamika politik dan kompetitor hampir setiap mengalami perubahan,” tutur Mamonto menutup diskusi tadi pagi.(jemmy)