SIAU-Fenomena angin puting beliung atau oleh masyarakat Kabupaten Sitaro (Umumnya Siau) disebut ‘Dimpuluse’ memang kadang-kala terjadi pada momentum yang tidak pernah diduga oleh masyarakat.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya, Dimpuluse biasanya terjadi pada bulan April atau Oktober, namun, dimpuluse kali ini bisa saja terjadi pada bulan-bulan tertentu termasuk bulan Agustus.
“Biasanya, lebih disebabkan karena ada pertemuan antara angin selatan dan timur yang menyebabkan terjadinya dimpuluse yang diikuti dengan hujan lebat,” kata Liem Hong Eng, pengusaha yang belakangan mendapat restu dari DPP Partai Perindo sebagai bakal calon wakil bupati Sitaro.
Menurut Ci Uto, pengalaman dirinya selama 62 tahun hidup dan menetap di Siau, Dimpuluse biasanya mengalir melalui sungai-sungai kecil atau yang biasa disebut warga lokal Songe.
Hanya saja, volume aliran dimpuluse biasanya tidak tetap dan bisa saja meluap hingga ke pemukiman penduduk. “Tergantung curah hujan dan derasnya air dari pengunungan,” ucap Ci Uto menceritakan pengalamannya selama ini menetap di Siau.
Melihat peristiwa Dimpuluse yang terjadi Selasa, (6/8) lalu di Siau, maka, dirinya tetap menghimbau kepada warga yang menetap di pinggiran songe (Sungai kering,red) untuk tetap waspada.
“Luapan air yang berasal dari gunung sewaktu-waktu bisa saja menghatam pemukiman penduduk. Makanya, lebih waspada. Kalau memang kondisi tidak memukinkan dan membahayakan, lebih baik relokasi sementara ke daerah yang aman,” saran politisi familiar dan baik hati ini.
Beberapa kampung/kelurahan di Siau yang dinilai rawan dengan fenomena Dimpuluse diantaranya, kelurahan Bebali, Dame dan Karulung. Sementara untuk di kecamatan Siau Barat Utara yakni di kampung Kinali, Batubulang dan Kanawong. “Saya percaya Mawu Ruata tetap menjaga torang semua dari bencana alam,” cetus Ci Uto.(msi)
