Monday, August 4, 2025
HomeBerita UtamaRatusan ABK & Nakhoda Kehilangan Pekerjaan, Pengamat ; Musibah KM Barcelona VA...

Ratusan ABK & Nakhoda Kehilangan Pekerjaan, Pengamat ; Musibah KM Barcelona VA Sebaiknya tidak Dipolitisir

MANADO-Ratusan ABK (Anak Buah Kapal) dan sejumlah Nakhoda dari sedikitnya 6 kapal yang beroperasi dibawah bendera PT. Surya Pasicif Indonesia (SPI) terpaksa untuk sementara harus kehilangan pekerjaan alias menganggur pasca Kementrian Perhubungan RI melalui Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Manado ikut membekukan operasional 6 buah kapal pasca insiden kebakaran KM Barcelona VA di Perairan Talise, Kabupaten Minahasa Utara beberapa pekan lalu.


Informasi yang berhasil dihimpun media ini melalui PT. Surya Pasifik Indonesia (SPI) menyebutkan, sedikitnya terdapat kurang lebih 120 orang ABK dan 6 orang Nakhoda Kapal yang harus kehilangan pekerjaan.

“Masing-masing kapal itu terdapat minimal 20 orang ABK bersama Nakhoda,” beber sumber resmi di PT. SPI.


Kondisi ini langsung mengundang tanggapan keras dari sejumlah tokoh masyarakat Nusa Utara. Pengamat Kebijakan Publik Sulut Jehezkiel Lairah, S.Sos.,M.AP dalam diskusi di kawasan Jarod Pasar 45 Manado Kamis, (31/7) kemarin mengatakan, KSOP Manado semestinya tidak perlu membekukan operasional dari 6 buah kapal yang bernaung dibawah bendera PT. SPI.

“Kasihan para ABK dan Nakhoda kapal yang harus kehilangan pekerjaan. Dimana hati nurani dari KSOP Manado. Mereka ini punya keluarga yang setiap hari harus diberi makan,” kata Lairah.


Mantan Direktur Kepatuhan PD Pasar Manado ini juga mengatakan, semestinya, KSOP Manado maupun Polda Sulut fokus saja pada upaya untuk melakukan investigasi penyebab utama dari musibah kebakaran KM. Barcelona VA.

“Kami berharap tidak ada unsur politik bisnis dibalik pembekuan DOC (Document Of Compliance,red) dari PT. SPI. Jujur kami katakan, sebagai pengguna jasa pelayaran dan masyarakat Nusa Utara, kami sangat dirugikan dengan kebijakan dari KSOP Manado. Kami akan menyurat langsung ke Presiden Prabowo Subianto terkait masalah ini,” tegas Lairah, yang juga Tokoh masyarakat Talaud.

Mematikan Sendi-sendi perkenomian di Nusa Utara

Upaya pembekuan DOC (Document Of Compliance) yang dilakukan KSOP Manado juga ikut berdampak pada kebutuhan mendasar masyarakat Nusa Utara selama beberapa hari ini.

Marcel Gandaria, salah satu pedagang asal Lirung, kabupaten Talaud kepada media ini mengatakan, dirinya terpaksa menunda pengiriman sembako (Sembilan Bahan Pokok,red) ke Talaud karena tidak ada jadwal keberangkatan kapal ke Talaud Kamis kemarin.

“Kasihan, saya sudah membeli tomat dan rica sejak kemarin pagi (Kamis, maksudnya), tapi tidak ada kapal ke Talaud. Saya terpaksa harus merugi karena tomat sebagian besar sudah membusuk,” keluh Marcel, pedagang asal Lirung, Kabupaten Talaud.


Lanjut Marcel, kebijakan KSOP Manado memberlakukan pembekuan DOC terhadap 6 kapal milik PT. SPI tidak hanya berdampak pada terganggunya jasa pelayaran di kawasan Nusa Utara khususnya Talaud. Namun, ikut juga melumpuhkan sendi-sendi perekonomian di kabupaten yang berbatasan langsung dengan Filipina tersebut.

“KSOP Manado harus tahu bahwa, sebagian besar kebutuhan makan dan minum kami berasal dari Manado dan harus melalui pengiriman kapal-kapal milik PT. SPI,” jelas Marcel penuh kesal.(msi)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments