SIAU-Hampir seluruh Penjabat Kepala Daerah yang dilantik Gubernur Sulut Olly Dondokambey tahun 2023 lalu memiliki tantangan yang berbeda dalam menjalankan tugas dan pemerintahannya.
Tantangan kepala daerah yang menjalankan tugas di daratan Minahasa dan Bolmong Raya, jauh berbeda dengan tantangan kepala daerah yang menjalankan amanah di kabupaten Sangihe dan kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).
Salah satu satu tantangan terberat yang harus dihadapi oleh Penjabat Bupati di daerah perbatasan termasuk di kabupaten Sitaro adalah, saat cuaca buruk ikut menghantam perairan Sulawesi dan sekitarnya.
“Semestinya harus bertolak ke Siau hari ini, tapi terima info bahwa tidak ada pelayaran kapal cepat. Maklum cuaca buruk masih melanda perairan Biaro, Tagulandang bahkan Siau,” tutur Pj Bupati Sitaro Ir. Joi Oroh, M.Si yang saat dihubungi Senin, (29/1) kemarin masih berada di Tagulandang.
Menurut Oroh, secara manusiawi kadang-kala muncul kecemasan saat dihantam badai dan gelombang ketika sementara berlayar ditengah laut. Tapi, karena tugas memanggil sebagai pejabat kepala daerah, dirinya harus siap setiap saat dan kapan saja.
“Kecuali memang pihak syahbandar pelabuhan sama sekali tidak memberi ijin pelayaran,” tutur Oroh.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan wilayah Sulut masih berpotensi dilanda cuaca ekstrem hingga sepekan ke depan.
“Waspadai potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang,” kata Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, Ben A Molle.
Dia mengatakan, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem semestinya hingga 14 Januari 2024. “Sea Surface Temperature atau SST anomali di Laut Sulawesi dan Teluk Tomini berkisar antara +0.5 derajat celsius sampai dengan +3.5 derajat celsius mempengaruhi jumlah uap air yang terbentuk menjadi awan – awan cumulus dan cumulonimbus,” katanya.(msi)